sebelum baca.. liat perkenalannya dulu yaa klik >> (o^^o)

Selasa, 21 Juni 2011

Aku Sudah Cukup Merasa Beruntung dengan Semanggi Berdaun 3

Halo. New look?
Yah, saya mau cerita sedikit :/. Bisa dibilang saya cuma terlalu menganggap suatu co-incident di hari itu :/. Well, gini... ada kejadian, waktu saya lagi main di kebun belakang sekolah sama seekor Kodok. Saya yang lagi asik mainan ilalang sambil motret sana-sini, tau tau dijejelin daun yang nggak jelas.

"Ehhh ini daunnya 4 nih!"

Kata si Kodok yang rupanya tau juga cerita tentang semanggi berdaun 4 sambil ngulurin daun kecil di tangannya.
Iya, sering denger kan? The Lucky Clover. Katanya, kalo kita nemuin semanggi berdaun 4, kita bakal dapat keberuntungan. Saya ambil daun semanggi yang dia kira berdaun 4 itu.
Saya hitung daunnya, "Ini sih cuma tiga!" sedikit kecewa, tapi seenggaknya co-incident itu udah cukup bikin saya senang.
Diam-diam saya masukkin daun semanggi itu ke tas, 'kenang-kenangan'.
Entah memang cuma saya yang terlalu melebih-lebihkan khayalan, atau memang ada konspirasi dari kejadian itu. HAHAHA. Saya harap sih ada.


dan saya pun harus cukup merasa beruntung, tanpa 4 leaves-clover :O

Ini dia, sudah layu sih, tapi masih saya simpan loh. Sakit jiwa? Bodo amat.
Mungkin dia udah lupa. Mungkin dia cuma sekedar nunjukkin tanpa ada maksud tertentu. Tapi namanya juga "hal irrasional". Kadang percakapan sepele baginya, berarti banyak buat saya. Semacam itulah.

Minggu, 19 Juni 2011

The Pathetic Runners




Jika Tuhan saja ada yang benci, apalagi saya. Hanya manusia.

Entahlah~_~

Di sisa kelas 11 ini saya merasa seperti "terlalu memedulikan sorakan penonton".

Anggap saja saya sedang lari marathon tak hingga, tidak ada yang tahu dimana letak garis finishnya. Terus berlari setiap hari. Banyak penonton yang sedang menyaksikan perjuangan saya, bersorak. Ada yang menjadikan saya makin semangat, sebagian lain juga terdengar sinis.
Bodohnya apa? Saya terlalu mementingkan suara-suara sialan itu. Mereka justru membuat saya berhenti berlari untuk membalas semua teriakan "menjatuhkan" itu, dan akhirnya saya hanya berlari di tempat. Tanpa sadar, saya ketinggalan langkah cukup jauh dari orang-orang lain. Orang-orang hebat. Para pelari cepat.
Haruskah saya memedulikan sorakan itu lagi? Saya rasa kebodohan itu cukup satu kali. Karena, saya yakin sedikit lagi sampai pada garis itu. Garis itu sepenuhnya milik saya. Penonton hanyalah sekedar penonton yang tidak merasakan rasanya berlari untuk mencapai garis finish. Mereka hanya bisa bersorak riang jika ada yang menang, mengeluh jika pelari dukungan mereka kalah. Mereka tidak lakukan apapun. Sorakan selamat atas kemenangan jika saya sampai garis nanti, tidak terlalu berguna. Juga sorakan sinis mereka, tidak akan memperlambat lari saya. Sebaiknya saya kembali berlari. Tanpa memedulikan para penyorak sinting itu. Ya.
So, i feel no worry about my haters anymore. :)

Because, I'm The Pathetic Runner