sebelum baca.. liat perkenalannya dulu yaa klik >> (o^^o)

Senin, 07 Februari 2011

Ketika Orang Yang Jatuh Cinta Diam-Diam Sudah Lelah Jatuh Cinta Diam-Diam



Ini adalah cerita lain dari Jatuh Cinta Diam-Diam------entah apa sebutannya : sekuel atau spin off? dari bab pertama cerita Raditya Dika di Marmut Merah Jambu, dan kali ini tentang gue, gue yang nyeritain. Entah apa yang sekarang gue rasain cuma rasa naksir biasa ataupun engga, gue berharap gue bisa menceritakan semuanya disini : di blog yang cuma dikunjungi kurang lebih 557 orang dan insyaallah, gak bakal ada yang tahu tentang ini. Semoga.

*



Di hari sebuah festival kesenian jepang di SMA X dimana gue menjadi panitia intinya. Ketika itu, gue baru tahu kalau gue telah dibuat jatuh cinta sama seorang cowok kelas sebelah yang menjadi salah satu seksi pembantu diacara tersebut. Nama cowok itu Nickry, dan dia adalah orang yang sering gue becandain dan becandain gue balik pas hari-hari festival. Gue masih ingat dengan jelas bagaimana cara dia becandain gue di waktu itu-----semuanya.

Ketika itu gue baru mau masuk ruang. Didepan pintu ruang, dia menghalang-halangi gue masuk pintu itu. Gue cuma mengerang “erggggggh” dan dia cuma senyum jahil ngeliat gue. Senyum yang bagi gue mengawali gue buat bilang dalam hati : cowok ini lucu dan sepertinya asik. Itulah saat pertama gue mulai sadar ada dia.
Terus berlanjut dari hari itu, gue gantian yang becandain dia. Pas dia dapet peran jadi waiter diacara itu, gue godain-godain dia pas jadi pelayan. Sumpah, iseng aja. Gue waktu itu masih gak naksir dia, walau gak bisa dibohongin, gue mulai tertarik sama dia.
Gue bahkan sempat ngajakin dia foto. Dan fotonya di HP temen gue. Gue tidak berani mengambil foto itu, karena gue takut temen gue yang motoin itu curiga gue minta-minta foto gak penting itu (yang menurut gue penting banget). Gue males ada yang tahu gue suka dia, karena gue sudah bosan melibatkan orang untuk tahu perasaan gue yang seringkali selalu berujung pada kisah cinta yang gagal.

Harusnya sih, gue belajar dari yang lalu-lalu. Dari kisah gue ditolak secara tidak langsung sama kakak kelas, kisah gue yang suka cowok yang ternyata malah jadian sama teman atau adik kelas gue, dari kisah cinta yang entah keberapa puluh kali selalu berakhir unrequited itu. Harusnya sih. Tapi sayang, gue masih punya hati. Kalau gue masih punya hati, pastilah gue masih bisa ngerasain cinta. Kadang gue pengen seperti Summer Finn-nya 500 Days Of Summer. Yang heartless, yang loveless. Yang bisa dengan mudahnya gak punya perasaan mutusin satu cowok untuk memulai hubungan dengan cowok lain. Yang tidak percaya sama cinta, dan bisa dengan mudah berjalan dari satu perasaan keperasaan lain. Mungkin Summer Finn itu bitch dan menyebalkan, tapi kadang gue pengen jadi kaya dia.
Maka tepat dihari puncak festival lah perasaan gue itu mengindikasikan sebuah kalimat di hati gue : gue SUKA dia.
*

Ketika itu, saat itu, gue sangat sibuk mengurus ini-itu segala keperluan acara. Mondar-mandir dari sini ke situ, udah kaya gembel sok sibuk. Gue inget banget waktu itu didepan ruang multimedia-----gue tidak tahu Nickry ada didepan gue, kepala gue sedang pusing-pusingnya untuk ngurus ini-itu sampai dia becandain gue dengan cara….. NGEGELITIKIN GUE. Yap, dia lewat berpapasan dengan gue sambil ngegelitikin gue aja gitu. Waktu itu gue mikir, ya ampun gue bahkan ga temenan banget sama dia dan dia NGEGELITIKIN gue! Bagi gue, ngegelitikin adalah suatu tahap yang sangat dekat. Yang cuma dilakuin oleh sepasang orang yang sudah sangat kenal banget. Sepasang teman yang mungkin satu kelas, sepasang kekasih malah. Bukannya kita, yang baru dua hari kenal on the spot disitu.

Waktu dia ngegelitikin gue, semua rasa bete, pusing, stress gue hilang. Cuma karena gelitikan! Yes, gelitikanmu mengalihkan duniaku (?) Betapa saat itu gue tahu, suatu tindakan yang bagi orang lain biasa saja atau malah ga penting, bagi orang yang sedang jatuh cinta adalah sangat penting. Sekali. Dan itu adalah dia-----yang membuat gue merasa begitu.
Gue cuma cengengesan pas dia becandain gue, gue bales nepuk punggung dia. Dia bales dengan meremas pundak gue dan menggrepe (?) kepala gue. Satu lagi tindakan yang kelihatan biasa saja sukses membuat gue bilang----kali ini dengan sangat yakin : GUE SUKA DIA. Sampai sekarang, hal yang paling bikin gue nyesel adalah : harusnya gue becandain dia lebih banyak lagi supaya dia tahu gue ada. Supaya dia akhirnya jadi intens becandain gue. Bahkan setelah hari-hari festival itu, sampai sekarang.


Tapi sebaliknya.

Mungkin karena kita berbeda kelas, atau mungkin dia memang orangnya suka iseng dan becanda, gue tidak pernah lagi digelitikin atau diisengin seperti saat gue di festival saat itu. Gue kembali menjadi seorang cewek invisible, yang cengengesan dan ngegembel, dan gue tidak lagi digelitikin sama dia saat kita berpapasan.
“Tadi, ketika kita berpapasan, gue memandang kearah dia-----dia juga walau cuma sedetik, dan gue membuang muka gue disaat malah dia melihat gue-----gue tidak tahu apa yang mesti gue lakukan saat berhadapan dengan orang yang gue taksir, entah bagaimana dia. Dia berlalu. Karena mungkin bagi dia, dia tidak pernah merasa ada sesuatu yang special diantara kita. “

Gelitikan itu cuma terjadi saat itu juga, dan cuma gue yang mungkin kegeeran. Dia mungkin, dengan mudah melupakan itu.
Atau saat itu----saat dia menatap gue, mungkin dia mengingat gue sebagai ‘cewek berkacamata yang pernah gue isengin pas festival’ tapi setelah kita saling melewati, dia melupakan gue.
Gue tidak pernah tahu.


*
“Maw, lo tuh cantik lagi,” kata temen gue, Leni yang tahu jelas gue suka Nickry dan berusaha mencari jalan untuk memecahkan problem cinta gue.
“Coba deh lo dandan, make over, dia pasti langsung suka elo,” tambah dia. Gue cuma nyengir tokai pas dia ngomong gitu. Masalahnya cuma satu, gue gembel. Lebih spesifik lagi, gembel kelas berat. Gue tergembel diantara yang paling gembel. Gue gak tahu bagaimana cara menjadi modis, cara menjadi keren. Sebagai cewek gak gaul yang invisible dan jarang ke mall, gue gak tahu bagaimana cara berpakaian dan berdandan yang baik dan benar. Baju gue dilemari aja semuanya adalah kaos----dengan berbagai warna dan gambar, sampai-sampai kayanya gue bisa buka bisnis distro dari situ. Gue sama sekali tidak punya dress atau apalah itu must have items yang mesti dipunya seorang cewek gaul. Gue jalan ke mall atau kemanapun (resepsi pernikahan, undangan dan segala tempat), gue hanya memakai salah satu kaos dilemari gue, jeans, kacamata, sandal jepit, lengkap dengan rambut paling berantakan dan merak-merak sedunia. Gue gembel banget.

Kalau dipikir-pikir apa yang dikatain Leni itu ngingetin gue sama sinetron-sinetron FTV dan film-film chessy remaja labil. Tentang seorang cewek cupu ga bisa dandan yang lalu make over, jadi cantik dan voila! cowok yang dia suka pun jadi naksir berat sama dia. Gue ngebayangin kalau gue emang beneran bisa cantik nanti, muka Nickry ngeliat gue sambil bengong mangap-mangap dengan efek kipas angin yang mengipas-ngipasi rambutnya. Anjrit, najis banget. Apalagi kayak sinetron Inikah Rasanya yang pernah gue lihat di SCTV, pas pemeran utamanya ngeliat cewek cantik bahenol lewat. Dia mangap-mangap dongo dengan liur bak air mancur keluar dari mulutnya. Najis. Gue kebanyakan nonton sinetron alay.

Kalo diibaratkan, Nickry dan gue bagaikan Rachel Berry dan cowok anak baru yang jadi penyanyi di New Directions itu (gue ga ingat namanya). Nickry ganteng, sangat manis, berperawakan tinggi besar dengan bodi agak bongsor seperti Saipul Jamil (enggak gitu gitu juga sih) dan ya, dia anak baru di sekolah gue. Dari tipikalnya, Nickry keliatan seperti cowok gaul yang sering ke mall dan sudah pernah ngelakuin hal hal ‘wow’ saat pacaran. Mungkin dia sudah pernah ciuman berapa kali, mungkin dia sudah pernah melakukan hal-hal ‘gaul’ dengan pacar-pacarnya. Lah gue? I haven’t dating anyone (pengakuan).

Nickry orangnya agak-agak cengo------terbukti dari tingkah lakunya yang suka bengang-bengong ngeces, dan berdasarkan pengamatan pribadi gue, dia memang suka iseng dan becandain semua orang. Dia gak tahu aja, sifatnya yang suka becandain itulah yang dengan mudah bisa bikin gue jadi suka sama dia.

Sebagai orang yang jatuh cinta diam diam dengan dia, seperti apa yang dibilang Raditya Dika, gue tahu dengan jelas semua hal-hal mendetail tentang dia. Padahal kita tidak terlalu mengenal, tapi gue tahu semua hal----yang gak penting dan mungkin bagi sebagian orang absurd untuk diketahui.

Gue tahu warna kendaraan dia adalah Yamaha Mio Hitam, dan disaat pulang sekolah, dia selalu ketempat parkir lebih cepat dan jarang tinggal atau berleha-leha dulu disekolah.
Gue tahu dia jarang keluar kelas apalagi ke kantin, gue tahu dia duduk dideretan paling belakang dikelas, gue tahu siapa mantan pacar dan siapa saja teman-teman dia, gue tahu dia suka band festival macam Peewee Gaskins dan Killing Me Inside karena gue melihat info di FB nya dan gue pernah ngeliat dia minta lagu-lagu Killing Me Inside dari temen gue.

Ya, Radith bener lagi. Semua orang yang jatuh cinta diam-diam seperti seorang penguntit. Gue selalu mengetik nama dia dikotak search Facebook hampir disaat gue selalu internetan, melihat profil dan foto-foto dia, tanpa gue pernah berani nge-add dia. Entah pikiran seabsurd apa yang membuat gue bahkan ga berani buat melakukan hal sesimpel “add as a friend”. Gue hanya tidak mau dia tahu gue ada perasaan dengan dia, gue terlalu takut dan tidak yakin. Gue merasa, gue, mana mungkin bisa sama dia. Gue tahu berat bahwa kita itu beda kasta. Lagipula, siapa yang tahu dia punya pacar sekarang? Dan gimanakah pacarnya? Jangan-jangan cantik secantik dewi dan gaul? Bagaimana kalau, seperti kisah cinta gue yang sudah-sudah, dia sedang pacaran dengan orang yang gue tahu, atau malah salah satu temen gue. Siapa tahu?
Kenyataan itulah yang membuat gue tetap memilih jalan ditempat seperti ini. Gue sudah banyak menerima kecewa, penolakan dan patah hati. Gue tidak mau lagi melihat cerita yang sama terulang lagi. Gue sudah cukup.


Disatu sisi, semakin sering kita bertemu----kita berpapasan, gue merasa gue ingin sekali dia tahu gue suka dia. Gue ingin sekali dia tahu betapa sekarang hati gue terbagi antara dia dan Jirayu, betapa gue selalu melamun tidak pasti memikirkan gimana kalau kita beneran jadian, bagaimana gue selalu menahan nafas gue saat berpapasan dengan dia dan sejurus dia menjauh, gue akan nengok kebelakang melihat punggung dia. Gue pengen dia tahu, gue mikirin dia. Gue suka dia. Gue sudah cape diam-diam begini terus. Gue mungkin bisa dengan mudah ngelupain dia------seperti halnya gue melupakan cowok-cowok yang dulu gue pernah sangat taksir. Tapi gue cape, menjadikan dia satu diantara cowok-cowok itu. Gue pengen gue sama dia, dan dia tidak menjadi seperti cowok-cowok itu. Simplenya, gue pengen dia ngerasain yang gue rasain.

Padahal ketika gue pikir-pikir ulang, mungkin bisa saja gue jadian sama dia. Mungkin banget. Gue kenal semua teman cowok dia. Walau gue cupu, temen gue lumayan banyak dan temen-temen dia semuanya gue tahu. Kalau saja saat kita berpapasan gue tidak membuang muka dan malah menegur dia atau apalah, mungkin ada kesempatan diantara gue untuk bisa deket ke dia. Kalau saja, gue berani nge-add dan kirim pesan-----atau wall ke dia, mungkin kita bisa menjadi.
Dan gue mengharapkan, kalau memang semua itu mungkin, gue tidak membawa ekspektasi besar seperti halnya gue selalu membawa ekspektasi disetiap hal yang gue inginkan. Semoga saat setelah gue nulis ini, dan gue telah nge-add lo, gue tidak terlalu memikirkan itu. Semoga gue berhenti menjadi orang yang hanya bisa jatuh cinta diam-diam kali ini.